Selasa, 11 Maret 2008

GloBAlisasi

Globalisasi dan pengaruhnya terhadap nilai-nilai sosial

oleh : Dede kurnia

Globalisasi bukan hanya gejala abad ke 20 atau ke 21. proses ini sudah dimulai berabad abad yang lalu ketika manusia berhasil mengelilingi dunia oleh para pionir sepeti Marcopolo, Magellan, dan Columbus, jadi globalisasi berasal dari tranfortasi dan komunikasi. Tetapi dampaknya sangat terasa dalam bidang ekonomi dan perdagangan, yang mungkin pada awanya menjadi tujuan utama komunikasi dan tranformasi global.

Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan antarnegara dan antar bangsa. Negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia kini bukan hanya saling terbuka terhadap satu sama lainnya. Tetapi juga saling tergantung.

Amerika serikat dan Jepang misalnya kedua negara besar dan Negara industri maju. Keduanya memiliki investasi yang besar di seluruh dunia dan juga di kedua belah pihak. Keduanya lebih tergantung satu sama lain secara lebih simetris karena kemampuan dalam bidang finansial, sumber daya manusia, dan teknologi. Nilai mata uang dollar AS dan yen saling bersaling lebih kurang atas dasar kekuatan yang sama. Fluktuasi nilai mata uang yang satu mungkin tidak akan terlalu mempengaruhi nilai mata uang Negara lain, melainkan akan cenderung mempengaruhi nilai mata uang dan perekonomian Negara lainnya seara lebih serius, terutama nengara-negara berkembang. Misalnya krisis moneter yang diderita Negara-negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh perubahan nilai dollar AS atau yen Jepang.

Di tenggah arus globalisasi yang menafikan solideritas dan memingirkan apa yang disebut Bourdieu “modal kultural” profesionalisme memang harus dikembalikan ke makna intinya[1]. Pasar bebas yang merupakan buah dari globalisasi, di mana kemenangan dalam persaingan lebih banyak ditentukan oleh seberapa kuat orang atau kelompok yang bermain di dalamnya. kadar ketahan yang rendah dari nengara-negara berkembang dan dengan tingginya pengaruh globalisasi atas Negara-negara ini dalam bentuk krisis moneter, finansial dan ekonomi tergantung bukan hanya pada kualitas sumber daya manusia, tetapi juga ada kelemahan fungsi lembaga-lembaga sosial, politik, ekonomi dan finansial seta pola dan kebiasaan budaya bangsa di Negara-negara tersebut, misalnya dalam hal etos kerja. Dalam kasus Indonesia, krisis yang berlansung telah begitu parah terutama disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem politik secara efektif, oleh sebab itu tidak mengherankan kalau moneter telah diikuti oleh krisis politik yang berkepanjangan yang ditandai oleh gejolak sosial yang belum dapat tertangani dengan baik.

Tidak kalah pentingnya adalah kenyataan bahwa globalisasi menyebabkan arus yang begitu cepat dan tidak dapat dibendung dari banyak dan beragamnya informasi. Dan arus informasi ini tidak hanya membawa pengetahua tetapi juga berbagai nilai. Apakah nilai-nilai itu bersifat negatif atau bersifat positif, dapat diterima atau tidak dapat diterima, akan bergantung sebagian pada nilai-nilai budaya dan tradisional yang telah berlaku dan dihayati di berbagai Negara berkembang. Mungkin semakin berkembangnya kebiasaan yang mengglobal dalam hal gaya hidup seperti pola berpakaian, kebiasaan makan dan kegiatan rekreasi yang semakin seragam khususnya di kalangan kaum muda di banyak Negara seperti yang disebutkan di atas tidak banyak merugikan, kecuali yang menyangkut implikasi sosial dan ekonomi Negara-negara bersangkutan.

Secara tidak langsung sebagian dari kebiasaan baru juga dapat memiliki implikasi moral. Kebiasaan konsumtif untuk mengunjungi rumah-rumah makan fast food seperti Mc Donald’s, Kentucky Fried chicken, dan sebagainya merupakan beberapa contoh, ironisnya makanan-makanan itu di Negara-negara maju seperti AS dan Inggris sring disebut sebagai junk food (makanan sampah), tetapi di Negara-negara berkembang yang masih dilanda kemiskinan makanan-makann seperti itu hanya bisa dijanglakau oleh golongan menengah yang berduit.

Yang lebih serius implikasi dan pengaruhnya adalah arus dan semakin menyebarnya nilai-nilai tertentu seperti matrealisnme, sebagaimana yang di ungkapkan oleh B Herry Priyono “ bila anda tidak punya uang, anda tidak berhak atas air atau obat. Bila anda tidak dapat membeli anda tidak berhak mendapatkan kebutuhan yang bahkan paling mendasar untuk hidup”[2], konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan dan narkoba. Jelas dapat dapat merusak moral masyarakat dan kehidupan bangsa di Negara berkembang, terutama generasi mudanya.

Negara-negara berkembang dalam hal ini mengalami dilema. Pola atau gaya hidup baru dan berbagai nilai itu telah terbawa oleh arus globalisasi dengan arus informasi yang tidak bisa dibendung melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, khususnya media eletronik seperti televise, parabola, dan internet. Dalam teori, memang Negara-negara berkembang dapat menghadang dan mencegah aruss informasi melalui peralatan modern seperti itu, namun masalahnya ekonomi Negara-negara berkembang juga semakin terintegrasikan dengan perekonomian dunia dalam bentuk investasi yang menghadirkan MNC dan badan-badan moneter dunia seperti IMF dan bank dunia.

Malasah yang diadapi Negara-negara bekembang bukanlah bagaimana melawan globalisasi, karana itu tidak mungkin dilakukan tanpa harga dan resiko yang tinggi pula. Begitu pula, kita tidak dapat bersikap a priori menolak apa saja yang datang bersama arus globalisasi, miasalnya dengan dalih itu semua adalah budaya dan nilai-nilai “ Barat” , yang serta merta dinilai sebagian “ bertentangan dengan tradisi dan nilai-nilai budaya kita. Sebagian dari nilai-nilai yang dibawanya juga bersifat positif, sehingga jika perlu kita mengubah budaya kita.

Sebab itu, kita seharusnya berusaha sebaik mungkin memanfaatkan globalisasi demi kemajuan sosial, ekonomi, politik dan budaya bangsa melalui kerja sama erat dengan Negara-negara industri maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk jangka yang masih panjang, kiranya Negara-negara industri maju itu merupakan modal, teknologi dan pasas bagi pengembangan industri kita sendiri. Tetapi pada saat yang sama kita tetap bersikap terbuka terhadap kemungkinan masuknya pikiran dan nila-nilai baru yang positi dan menguntungkan kemajuan sosial, politik, ekonomi maupun budaya kita sendiri. Sesuai dengan kaidah “ al-muhafadzah ala qodim al-salih wa akhkdzu bil jaded al-aslah” (menjaga kesinambungan tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)[3]


[1] Kompas, selasa 18 Desember 2007

Ø Sindunata, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan “Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, dan Globalisasi. Kanisius: 2000

[2] ibid

[3] Abdul Azis, Aceng. Dkk. Islam Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia “Sejarah, Pemikiran dan Dinamika Nahdlatul Ulama”. Pustaka Ma’arif NU. Jakarta: 2007. h. 113

Minggu, 09 Maret 2008

RPP Que!

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP

Sekolah : Mts Negeri Parung

Mata Pelajaran : IPS

Kelas/ Semester : VIII / 2

Standar kompetensi

Memahami kegiatan ekonomi Indonesia

Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peranan pemerintah dalam upaya penangulanganya.

Materi Pokok

Ketenaga Kerjaan

Indikator

o Menjelaskan pengertian tenaga kerja dan kesempatan kerja

o Menidentifikasi permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia

o Mengidentifikasi dampak penganguran terhadap keamanan lingkungan

o Mengidentifikasi peranan pemerintah dalam permasalahan ketenaga kerjaan

Alokasi Waktu : 40 X 2 Menit

Metode pembelajaran :

  • Stik
  • Ceramah
  • Diskusi
  • Information seach
  • Observasi
  • Tanya jawab
  • penugasan

Pendahuluan 10 menit

Membangkitkan motivasi dan menggali pengetahuan awal siswa-siswi dengan cara menyatakan apa yang dapat kalian lakukan setelah kalian lulus dari sekolah? Mengapa? Pertanyaan ditujukan secara seimbang kepada siswa dan siswi

Kegiatan inti 60 menit

1) Guru membentuk kelompok sesuai dengan menyebutkan angka dari 1-6 kemudian diulang sampai semua siswa dan siswi menyebutkan angka tersebut, kemudian mereka berkelompok sesuai dengan angka yang telah mereka sebutkan.

2) Guru meminta siswa-siswi berdiskusi tentang apa yang dimaksud dengan tenaga kerja dan kesempatan kerja, apa saja yang menjadi permasalahan dasar dengan tenaga kerja di Indonesia, apa saja yang menjadi dampak penganguran terhadap keamanan lingkungan, bagaimana peranan pemerintah dalam permasalahan ketenaga kerjaan.

3) Guru mengamati keaktifan siswa-siswi di masing-masing kelompok.

4) Masing-masing kelompok memajang hasil kerja diskusi.

5) Masing-masing kelompok secara lisan mempresentasikan hasil diskusi dengan juru bicara siswa dan siswi sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan

Penutup 10 menit

Guru mengadakan refleksi

Guru bertanya kepada siswa-siswi

Apa yang kalian pelajari hari ini?

Ada yang belum dipahami?

Bagaimana poses belajar hari ini?

Media dan sumber belajar

LKS, Buku paket, lingkungan, kertas copy-an.

Evaluasi

1. Teknik penilaian

- Tes tulis

- Persentasi kelompok

2.Bentuk instrument

- Tes uraian

- Kecakapan kelompok dalam mempresentasikan hasil diskusi

3. Soal/ intrumen

1) Jelaskan pengertian tenaga kerja dan kesempatan kerja?

2) Sebutkan permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia!

3) Sebutkan dampak penganguran terhadap keamanan lingkungan !

4) Apa saja peranan pemerintah dalam permasalahan ketenaga kerjaan?